Sebab Kita Semua Gila Sex
Editor : Ahmad Nur Ramadani
Dalam bukunya Sebab Kita Semua Gila Seks, Ester Pandiangan berusaha membuka ruang dialog yang jujur tentang seksualitas di tengah masyarakat yang masih menganggapnya tabu. Ia menegaskan bahwa seks bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau disembunyikan, tetapi dipahami dengan kesadaran dan tanggung jawab. Seks, dalam pandangan Ester, bukan sekadar hubungan fisik antara dua tubuh, melainkan bahasa keintiman yang menyatukan dua manusia secara emosional, mental, dan spiritual. Ia menulis dengan berani, bahkan menggunakan ilustrasi yang dianggap vulgar, bukan untuk mengejutkan, melainkan untuk mengguncang kesadaran agar pembaca berhenti melihat seks sebagai hal yang kotor.
Ester juga menyoroti bahwa menikah tidak otomatis membuat seseorang dewasa secara seksual. Banyak orang yang secara hukum sah sebagai pasangan, namun belum memahami makna sejati dari keintiman. Mereka sering kali melakukan hubungan seksual tanpa kesadaran, komunikasi, dan rasa hormat — menjadikannya sekadar aktivitas fisik, bukan pengalaman kasih. Kedewasaan seksual, menurut Ester, lahir dari kemampuan mengenali tubuh, menghormati batas diri, dan memahami makna cinta yang sejati. Dengan kata lain, seksualitas bukan hanya tentang tubuh, tetapi juga tentang jiwa yang sadar akan nilai dan tanggung jawabnya.
Dalam masyarakat yang masih sarat standar ganda, perempuan sering kali menjadi pihak yang paling disalahpahami. Ketika laki-laki membicarakan hasrat, itu dianggap normal; tetapi ketika perempuan jujur tentang kenikmatannya, ia dilabeli negatif. Ester menolak pandangan sempit ini. Ia menegaskan bahwa perempuan juga berhak atas kenikmatan tubuhnya — bukan sebagai bentuk kebebasan tanpa batas, tetapi sebagai wujud penghargaan terhadap diri sendiri. Ia mengajak pembaca untuk melihat tubuh perempuan bukan sebagai sumber dosa, melainkan sebagai ruang belajar yang suci, tempat manusia memahami cinta, batas, dan rasa hormat.
Namun, di sisi lain, Ester juga menekankan pentingnya kesadaran dalam mengendalikan dorongan seksual. Hasrat adalah hal yang wajar, tetapi tidak selalu harus dituruti. Manusia yang matang adalah mereka yang mampu mengenali kapan hasrat itu muncul dan bagaimana mengelolanya dengan sehat. Energi seksual dapat dialihkan menjadi energi kreatif — ke seni, olahraga, karya, atau kegiatan spiritual. Menjaga diri bukan berarti membenci tubuh, tetapi menghormatinya. Dalam hal ini, pengendalian diri bukanlah penolakan terhadap seks, melainkan bentuk tertinggi dari pemahaman akan makna tubuh dan cinta.
Ester mengakhiri refleksinya dengan gagasan bahwa seks adalah bagian dari kemanusiaan yang utuh. Ia bisa menjadi sesuatu yang menyembuhkan ketika dijalani dengan cinta dan kesadaran, namun bisa juga melukai bila dilakukan tanpa pemahaman. Seks bukan dosa, dan tubuh bukan musuh. Yang berbahaya adalah kebodohan terhadap keduanya. Dengan memahami seks secara jujur dan terbuka, manusia dapat belajar untuk mencintai, menghargai, dan hidup lebih sadar terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Naldy Sudarto

Belum ada Komentar untuk "Sebab Kita Semua Gila Sex"
Posting Komentar