BEDAH FILM "GIE"

BEDAH FILM "GIE"

            Secara umum, film ini membahas tentang bagaimana sosok dari Sok Hok Gie yang mempunyai idealisme dan mempertanyakan segala hal tentang persoalan dan konklusi mengenai dirinya, film yang mendapatkan penghargaan pada Festifal Film Indonesia (FFI) dengan criteria Film Terbaik pertama dan beberapa pemerannya seperti Nicolas Saputra mendapatkan penghargaan Aktor terbaik. Film ini mencoba menceritakan salah satu jurnal harian Gie dengan judul Catatan Seorang Demonstran kedalam bentuk visual yang lebih mudah dipahami oleh khyalak umum.

         Sok Hok Gie, atau biasa dipanggil gie atau soe oleh teman-temannya adalah seorang pemuda keturunan tionghoa yang terkenal atas idealismenya menentang segala bentuk penindasan dan ketidakadilan pada zamannya, Gie hidup pada zaman orde lama yang dimana pada saat zaman itu terjadi suasana ketegangan politik antara Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan militer. Soekaro yang menjabat sebagai presiden pada saat itu menurut Gie mendukung PKI untuk menjaga kestabilan politik dan ekonomi pada Negara. Dengan saling mendukungnya PKI dan Soekaro pada saat itu menjadi petaka bagi rakyat Indonesia seperti banyaknya kemiskinan, dan hak-hak rakyat kecil tidak dipenuhi, menurut teman dari gie, soekarno memiliki beberapa gelar kerajaan sehingga karakter dan pola pelaksanaan pemerintahannya mirip dengan pola raja-raja zaman dahulu seperti mendirikan keraton dan lainnya. Gie sangat menghargai soekarno sebagai founding father Indonesia atau sebagai pejuang kemerdekaan sekaligus proklamator kemerdekaan indoneisa tetapi gie menyadari semangat yang dibawa pejuang-pejuang proklamator dulu tidak lagi diperjuangkan dan melenceng dari apa yang diharapkan oleh rakyat Indonesia, inilah yang menjadi alasan Sok Hok Gie mengharapkan rezim diktatoriat dari soekarno runtuh karena ada banyak regulasi yang ditetapkan tidak pro terhadap raykat dan banyak perangkat pemerintahan yang korupsi.

  Pada masa kecilnya, Gie memiliki teman kecil yang bernama Han, tetapi ketika beranjak dewasa karena tuntutan ekonomi dan lingkungannya mengharuskan Han untuk pindah meninggalkan gie di kebon jeruk. Tetapi pada salah satu adegan menampilkan Gie dan Han kembali bertemu di sebuah pemukiman, pertemuannya dengan Han membuat Gie terkejut karena Han terdoktrinasi dan menjadi simpatisan PKI. Han kemudian memberitahu alasannya kenapa masuk PKI dan mengapa dahulu ia mempertanyakan Gie untuk berubah. Dalam film ini juga menceritakan betapa gigih dan pantang menyerahnya Gie untuk meyakinkan Han untuk berhenti mengikuti dan menjadi simpatisan PKI, tetapi hal itu tidak disambut baik oleh Han. Sampai pada suatu saat, semua orang yang menyatakan dirinya mendukung PKI diburu dan diculik ke Bali kemudian terjadilah penyembelihan manusia besar-besaran dalam sejarah Negara Indonesia, kata Gie tindakan yang dilakukan oleh oknum anti PKI ini mirip dengan apa yang dilakukan Hitler di Rusia.

Film ini menggambarkan GIe sebagai sosok yang idealis, tetapi ketika ia beranjak dari sekolah menengah menuju ke bangku perkuliahan di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FKSUI), Gie dikenal sebagai sosok yang tidak terlalu aktif dalam organisasi-organisasi dalam kampusnya, Dia lebih memilih untuk mendaki gunung dan menonton film serta segala sesuatu yang berkaitan dengan kesenian. Menurutnya organisasi dalam kampus lebih cenderung membawa egoitas ras dan golongan ketimbang hal-hal yang lebih fundamental lainnya, hal ini ditunjjukan disalah satu adegan dalam film ini ketika Jaka yang dahulu menjadi ketua Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia ( PMKRI ) mengajaknya untuk bergabung dalam organisasi tersebut tetapi ketika Gie menanyakan alasan kenapa ia ingin membentuk organisasi itu Jaka tidak menjawab. Gie lebih memilih membentuk organisasi yang sejalan dengan hobinya mendaki gunung yaitu Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) yang diinisiasi oleh beberapa teman dekat Gie seperti Ira,Herman,Denny dan lainnya. Pada saat pencalonan Ketua Senat FKSUI, Gie menyadari bahwa calon yang dicalonkan berasal dari organisasi-organisasi yang memiliki kepentingan politik serta membawa kepentingan golongan, oleh karena itu Gie kemudian menyarankan kepada Herman untuk menjadi Ketua Senat karena ia tidak terikat oleh organisasi golongan manapun dan dikata paling senior diantara seperkumpulan Gie pada saat itu. Herman dikenal sebagai orang yang juga memiliki idealisme yang sama dengan Gie tetapi ia juga masih memiliki beberapa keraguan-keraguan sehingga untuk menjadi ketua senat FKSUI agak sulit karena dia sendiri tidak tertarik dengan “politik tai kucing”. Namun, segala keraguan dari Herman di yakinkan oleh Gie dan Herman pun naik menjadi ketua senat Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Beberapa adegan dalam film ini juga menampilkan dua sosok yang menjadi perempuan yang menggisi hari-hari dari Gie, yaitu Ira dan Shinta. Ira adalah seorang mahasiswa yang pandai, kritis dan juga memilki ketertarikan pada bidang seni seperti Gie. Dia mengagumi sosok Gie karena wibawa dan kepandaiannya, tetapi gie pada saat itu tidak memiliki ketertarikan dengan Ira karena menganggap Ira sebagai sahabatnya, ditandai ketika temannya menyamakan perempuan jalang dengan Ira, sontak Gie marah dan menyatakan bahwa Ira tidak sebanding dengan perempuan jalang tersebut. Tetapi pada saat bersamaan dimana Ira menyukai Gie, Gie kemudian menyukai Shinta dan menjalin hubungan dengannya. Shinta dikenal sebagai mahasiswa berparas cantik dan juga menyukai sosok dari Gie, pada awalnya orang tua Shinta sangat menyukai karakter dari Gie yang terpatri dalam tulisan-tulisan kritikan yang dibuatnya untuk pemerintah. Tetapi ketika Gie telah menulis banyak kritikan dan telah memiliki banyak musuh, hal inilah yang membuat orang tua dari Shinta khawatir menjodohkan anaknya dengan seorang yang menjadi objek teror dari subjek yang dikritknya serta menganggap gie berasal dari kalangan rendah dan memiliki ekonomi yang rendah, pada akhirnya Shinta kemudian di jodohkan oleh orang pilihan orang tuanya yang mapan.

                Karena idealismenya yang tinggi, Gie dikenal gemar membuat tulisan yang nyentrik dan mengkritik pemerintahan dan perangkatnya. Setelah menyelesaikan studinya di FKSUI, Gie diangkat menjadi dosen muda di FKSUI. Diangkatnya Gie menjadi dosen di tempatnya belajar dahulu tidak menurunkan semangat idealisme yang selama ini di gandrungi, terbukti ketika tujuan awalnya yaitu menggulingkan pemerintahan soekarno atau rezim orde lama telah tercapai, ia tetap menulis kritikan kepada pemerintahan soeharto atau orde baru karena ia menyadari menjadi bagian dalam naiknya soeharto atas kritikan-kritikan yang dibuatnya untuk pemerintahan soekarno. Ketika pembantaian simpatisan PKI di Bali sampai di telinga gie, ia kemudian membuat tulisan untuk menyikap tabir dibalik pristiwa itu, hal inilah yang menjadi kritik terkhir gie untuk pemerintahan

                Setelah menulis kritikan tersebut, Gie kemudian mulai merasa di awasi, di teror dan hal-hal mengancam lainnya. Gie merasa kritikan-kritikan yang dibuatnya membuat beberapa pihak mejadi musuhnya. Setelah kehilangan Shinta perempuan yang disukainya dikarenakan idealismenya, Gie kemudian ingin memberikan sisa cintanya kepada orang yang dari dulu menyukainya, tetapi niat baiknya itu tidak diindahkan oleh ibu dari Ira. Sebelum memberikan tulisan kritikan kepada temannya untuk di terbitkan, gie mengajak temannya itu untuk mendaki gunung semeru pada akhir tahun 1969. Dia juga menulis beberapa surat yang ditujukan untuk Herman dan Ira yang dititip kepada Denny.

                Sok Hok Gie wafat pada 16 Desember 1969 di pangkuan sahabatnya, Herman lantang.


Belum ada Komentar untuk "BEDAH FILM "GIE""

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel