Literasi - Hijablicious : PART 3, Rasa Syukur


Hijablicious : PART 3, Rasa Syukur

Journey in Winter
By: Aditya Paramitha Andini

     Kembali di benak Aditya yang spesial pada 2010. Saat Allah Swt. dengan segala rencana-Nya memberikan Aditya kesempatan lolos seleksi sebagai peserta dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro untuk mengikuti program course di Belanda selama 3 bulan.

     Aditya begitu terharu atas hadiah ini. Rupanya usaha kerasnya ke sana kemari dan mendaftar ikut program ini tidak sia-sia. Dia akan belajar mandiri, diberi kesempatan untuk belajar bersosialisasi dengan teman-teman yang benar baru.

     Benar adanya bahwa kita harus terus bermimpi dan merealisasikannya dengan segala usaha. Percayalah akan keindahan mimpi kita dan harusnya menjalani proses usaha sehingga akhirnya bisa menjemput mimpi-mimpi tersebut.

     Persiapanpun dia mulai lakukan. Diantaranya membuat paspor dan visa. dan untuk bepergian ke Eropa salah satu petugas pembuat foto paspor menjawab lebih baik foto dengan lepas hijab. Aditya sadar saat itu sedang hangat isu mengenai larangan penggunaan hijab di beberapa negara di Eropa Barat. Dan tiba-tiba Aditya melihat seorang Ibu yang melepas hijabnya untuk melakukan foto paspor dan tanpa pikir panjang dia pun ikut melepas hijabnya.

     Hal itu membuat Aditya merasa bodoh yang tanpa dia sadari ternyata akan menghantui perasaannya hingga saat ini. Dia menyesal, malu dan merasa tidak benar. Lagi pula mengenakan hijab merupakan salah satu hak asasi manusiam sesuatu yang seharusnya orang-orang Barat sana lebih mengerti.

     Aditya rasanya ingin kembali saat itu dan menolak saran sang petugas foto paspor sehingga dia tidak harus melepas hijabnya. Seharusnya dia berjuang lebih keras lagi untuk bertahan dan melakukan riset dan penelitian lebih banyak lagi mengenai peraturan foto paspor bahwasanya tidak masalah apabila menggunakan hijab.

     Aditya dan dua temannya yakni Rizky dan Hamda berangkat ke Belanda untuk menuntut ilmu dalam sebuah course. Dia begitu bersemangat! Alhamdulillah, dia tidak perlu khawatir mengenai kesulitan yang mungkin akan dia hadapi dalam beribadah di negeri Belanda. Dia yakin, Insyaallah semua akan ada jalannya. Sebelum ke Belanda Aditya mendapatkan informasi dari kakak angkatnya yang berangkat ke AS, kakaknya bercerita pernah shalat di antara rerumputan karena tidak menemukan tempat shalat. Menginspirasi sekali. Di tengah-tengah kesulitan dan kesempitan, dia tetap mencari cara agar bisa melakukan ibadah kepada Yang Mahakuasa.

     Aditya dan temannya tiba di Belanda dan mengucapkan syukur, tetapu dia mulai khawatir karena belum melaksanakan shalat Shubuh. Akhirnya dia mendapatkan nursery room dan dia shalat disana.

     Tiba di kamar hotel, Allah Swt. telah menambahkan satu saudara untuk Aditya. Aditya berkali-kali ucapkan Alhamdulillah di dalam hatinya karena ada teman untuknya yang mengenakan hijab dan bernama Reem. Reem berasal dari Palestina dan sangat ramah, dia banyak bercerita tetang anaknya yang dirindukan dan tentang Palestina. Disitulah Aditya tersadar bahwa dia tengah berjuang, menuntut ilmu agar dikemudian hari dapat diaplikasikan dan dapat menolong banyak orang. Dimanapun kita berada, teruslah bertahan dan berjuang. Lakukan dengan sepenuh hati dan berniat atas nama Allah Swt. serta tekad penuh untuk bisa berkontribusi terhadap dunia, terlebih lagi untuk Tanah Air Indonesia.

     Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Ada banyak sekali pelajaran yang dapat Aditya ambil dari kehidupannya selama mengikuti course . betapa bersyukurnya dia tinggal di negara yang memiliki banyak fasilitas ibadah. Bersamaan dengan itu, dia merasa malu karena selama ini belum maksimal dalam memanfaatkannya. Terima kasih ya Allah, atas berkah dan pengalaman yang luar biasa. Sungguh sebuah eye-opening baginya.

     Aditya ingin sekali terus bersyukur dan memperbaiki kualitas dirinya. Alhamdulillah, atas izin-Nya dia terpilih sebagai salah satu finalis The World Muslimah Beauty 2012. Saat karantina, dia merasa lebih bersemangat untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. dia menyadari betapa sayangnya Allah kepada hamba-Nya. Dia bertekad untuk lebih rajin melaksanakan shalat tepat waktu, rutin melaksanakan shalat Tahajud, rajin berpuasa, lebih sering shalat wajib di masjid, berbakti kepada orangtua, memperbaiki hijab, dan bersikap dan berbudi luhur kepada siapapun.

Belum ada Komentar untuk "Literasi - Hijablicious : PART 3, Rasa Syukur"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel