Sisi Tergelap Surga
SISI
TERGELAP SURGA
"Jangan jadi orang yang harus bahagia dulu untuk bisa bersyukur. Atau
harus susah dulu untuk ingat Tuhan".
Jakarta Ibukota Indonesia yang menjadi tempat berlabuhnya Harapan
manusia-manusia. Manusia yang bertaruh nasibnya masing-masing namun kota ini
mampu melumatkan harapan dan menukarnya dengan keputusasaan.
Pemulung, pengamen, pramuria yang menjajakan tubuh agar anaknya bisa makan,
pemimpin-pemimpin kecil yang culas, lelaki tua di balik kostum badut ayam,
pencuri motor yang ingin membeli obat untuk ibunya remaja yang melumuri tubuh
dengan cat perak, hingga mereka yang bergelut di terminal setelah terpaksa
merelakan impiannya habis tergerus kejinya ibu kota.
Di kampung yang ada di kota Jakarta inilah semua dimulai.
Sebuah cerita tentang kehidupan orang-orang yang hidup di sisi tergelap surga
kota bernama Jakarta. Kota yang kita lihat sebagai tempat kesuksesan bagi orang
di kampung halaman, tidak semudah itu dijalani. Semua orang dipaksa bergelut dan bertempur demi bisa hidup hari ke hari.
Hidup memang suka bercanda. Terkadang, yang terlihat buruk di matamu justru tak
lebih buruk daripada kebusukan diri sendiri
yang berusaha kau sembunyikan rapat-rapat.
-Esih
Jakarta kerap menjadi pelabuhan bagi mereka yang datang membawa sekoper
harapan, mereka yang siap bertaruh dengan nasibnya sendiri-sendir. Namun kota ini selalu
mampu melumat habis harapan dan menukarnya dengan keputusan.
Di Jakarta, semua orang dipaksa bergelut dan bertempur
demi bisa hidup dari hari ke hari.
Syamsuar yang dulunya adalah Bandar Togel yang hidup mudah hingga akhirnya
dipenjara. Setelah dibebaskan, ia kembali membuka gerobak nasi goreng. Saat
hendak merencanakan balas dendam terhadap ketua RT yang menyebabkan dia di
penjara, ternyata pelakunya telah meninggal. Ini memicu krisis jiwa dalam
dirinya, hingga suatu percakapan dengan pemuda yang nyaris dihakimi masa
mengubah pandangannya akan hidup. Tommy si preman wilayah dengan nama yang
ditakuti Dia yang mengatur di terminal Kampung. Meskipun kasar dan sering
melakukan kekerasan dalam rumah tangganya, ia punya Sisi pelindung bagi warga
Kampung. Meski begitu ia bukan suami yang baik, dan konflik dalam keluarganya
tanpa solusi. Gofar pemuda lulusan STM, dikenal hanya karena sering muncul di
kehidupan tokoh lain. Menjadi pencuri motor demi biaya pengobatan ibunya. Meski
sering dipukuli massa, hatinya lemah lembut dia rela mempertaruhkan diri demi
sang Ibu dan selalu mengingat anak-anak "Pak badut ayam". Danang pemuda yang tegap dan santun, berlatar
Pesantren, ingin menyekolahkan adiknya. Tetapi pekerja dan stigma membuatnya
hampir diusir di kampung, hanya Tommy yang membelanya saat konflik dengan warga
terjadi. Kuncahyo bekerja sebagai office boy Tugasnya di mall hanya
bersih-bersih toilet tapi ia tetap bersikap baik meski hatinya ingin menyerah
menunjukkan ketegaran yang sederhana. Pak badut ayam dan anak-anaknya seorang
lelaki tua yang bekerja di dalam kostum badut ayam demi menghidupi tiga
putrinya. Meski hidupnya penuh kegetiran, Ia tetap kuat dan anak-anaknya turut
berjuang menjajakan dagangan meski kenyataan mereka sulit. Tiga remaja (Jawa,
Pulung, Karyo). Jawa, pengamen dengan gitar penyok, Pulung mengumpulkan barang
bekas demi meringankan beban orang tua, Karyo si manusia Silver tubuhnya
dilapisi cat perak kulit melepuh karena panas. Mereka hidup di pos ronda, tidur
di kardus, namun tetap bisa tertawa menikmati Ekstra Joss dan sisa puntung
rokok. Juleha perempuan yang menjual diri dan menghidupi anak ananknya, dan
Rini yang menjual diri demi mengirimkan uang pulang ke kampung. Kisahnya
mengungkap stigma dan penderitaan mereka sekaligus menunjukkan betapa survival
didorong oleh kebutuhan pukan pilihan.
" Jangan mudah menghakimi cara bertahan hidup orang lain."
Sisi Tergelap Surga mempersembahkan mozaik kehidupan orang-orang yang sering
tersembunyi di balik gemerlap kota. Setiap tokoh adalah potret kemanusiaan yang
penuh luka, harapan, dan harga diri yang harus dijaga bahkan saat dunia
menolaknya. Novel ini menantang kita untuk lebih peka lebih empatik dan lebih
manusiawi terhadap mereka yang paling rentan.
Kita sebagai manusia sering terjebak dalam keinginan yang tiada habisnya. Ingin
Lebih ingin sempurna, ingin yang belum kita miliki. Padahal, setiap hari kita
sudah diberi banyak sekali alasan untuk bersyukur nafas yang masih mengalir,
keluarga yang menemani, sahabat yang setia, bahkan kesempatan kedua yang kadang
Tuhan berikan.
Miftahul Rizka
Belum ada Komentar untuk "Sisi Tergelap Surga"
Posting Komentar