Kajian Keislaman “Merobohkan Tuhan-Tuhan Kecil”


 “Merobohkan Tuhan-Tuhan kecil” Dalam pencarian hakikat hidup, manusia terus bertanya: siapa aku? dari mana aku berasal? dan siapa yang menciptakan semuanya? Pertanyaan-pertanyaan ini bukan hanya filosofis, tetapi juga menjadi fondasi bagi manusia dalam menapaki jalan kebenaran. Islam hadir sebagai jawaban yang utuh terhadap semua pencarian itu.

Islam secara bahasa berarti "berserah diri", dan secara istilah adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya. Islam mengajarkan ketundukan total kepada kehendak Allah dengan keikhlasan hati, ucapan, dan perbuatan. Ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan: spiritual, sosial, moral, bahkan intelektual. Lebih dari sekadar ritual, Islam adalah cara pandang dan cara hidup (way of life) yang selaras dengan fitrah manusia.

Kebenaran Islam dapat dibuktikan melalui wahyu dan akal. Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya memuat perintah agama, tetapi juga memuat sains, sejarah, dan prinsip kehidupan yang tetap relevan sepanjang zaman. Islam tidak melarang penggunaan akal, justru mendorong umatnya untuk berpikir dan merenung. Allah berfirman:

"Apakah mereka tidak memikirkan (tanda-tanda kebesaran Allah)?" (QS. Al-A'raf: 185)

Al-Qur’an sendiri menantang umat manusia untuk mendatangkan satu surat saja yang sebanding dengannya jika memang ragu akan kebenarannya (QS. Al-Baqarah: 23). Hingga kini, tantangan itu tak tertandingi.

Manusia dan hewan memang sama-sama makhluk hidup, tetapi perbedaannya sangat mendasar. Hewan bergerak berdasarkan naluri, sementara manusia dianugerahi akal dan hati nurani. Manusia mampu bertanya tentang makna hidup, kebenaran, dan eksistensi Tuhan. Manusia memiliki kesadaran moral, cita rasa seni, dan kemampuan menalar. Inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk paling mulia. Allah menyebut:

Manusia dapat membuktikan adanya Tuhan melalui beberapa pendekatan:

· Akal: Segala yang ada pasti ada penciptanya. Tidak mungkin alam semesta yang begitu teratur terjadi secara kebetulan. Ini dikenal sebagai dalil kosmologis.

· Fitrah: Setiap manusia memiliki naluri spiritual yang mendorongnya untuk mencari Tuhan.

· Pengalaman spiritual: Doa yang dikabulkan, ketenangan saat beribadah, dan keajaiban hidup yang tak bisa dijelaskan secara logis sering menjadi bukti keberadaan Tuhan dalam hati manusia.

Konsep “Ada” Itu Seperti Apa? Dalam filsafat dan teologi Islam, konsep "ada" (wujud) adalah dasar dari segala pembahasan. Sesuatu yang ada bisa dibuktikan dengan tiga kategori:

1. Ada dengan sendirinya (Wajibul Wujud): Hanya Allah yang masuk kategori ini. Dia tidak diciptakan, tidak bergantung, dan selalu ada.

2. Ada karena diciptakan (mumkinul wujud): Segala sesuatu selain Allah—manusia, alam, makhluk hidup—termasuk dalam kategori ini. Mereka tidak bisa ada sendiri tanpa pencipta.

3. Tidak ada dan mustahil ada (mumtani’ul wujud): Sesuatu yang tidak mungkin eksis karena bertentangan dengan logika atau realitas.

Jadi, “ada” itu bukan sekadar terlihat, tetapi juga bisa dipahami dengan akal dan logika. Tuhan mungkin tak terlihat oleh mata, tetapi wujud-Nya niscaya—terbukti dari segala sesuatu yang ada.

Bagaimana Alam Semesta Tercipta? Menurut ilmu pengetahuan modern, alam semesta terbentuk dari kondisi yang sangat ekstrem, melalui suatu proses ekspansi yang dikenal sebagai Teori Big Bang. Teori ini menyatakan bahwa sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu, seluruh materi, energi, ruang, dan bahkan waktu itu sendiri bermula dari satu titik sangat kecil dengan kepadatan dan suhu yang sangat tinggi, yang disebut singularitas. Dari titik ini, alam semesta mulai mengembang dan terus mengembang hingga saat ini.

Islam bukanlah ajaran dogmatis yang menolak pemikiran. Justru, ia membimbing akal agar menemukan hakikat: bahwa Tuhan itu ada, dan bahwa kehidupan ini memiliki tujuan. Ketika manusia mampu memahami bahwa ia lebih dari sekadar makhluk biologis, bahwa ia mampu membedakan kebenaran dari kesesatan, dan bahwa semua ini tidak terjadi secara kebetulan, maka saat itulah ia akan memahami arti tauhid yang sejati.

Tauhid adalah puncak dari pemahaman dan kesadaran tertinggi manusia. Ia bukan sekadar keyakinan, melainkan jawaban atas seluruh pencarian tentang eksistensi, makna, dan arah kehidupan.

Belum ada Komentar untuk "Kajian Keislaman “Merobohkan Tuhan-Tuhan Kecil”"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel