Diskusi FILM “ Pancasila Is Me”

 

Film Pancasila Is Me adalah sebuah karya dokumenter nasionalis yang disutradarai oleh Ari Sihasale. Film ini bukanlah film fiksi dengan plot aksi atau drama, melainkan sebuah tayangan reflektif yang mengajak penonton untuk menelaah kembali makna Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Diproduksi dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, film ini menampilkan berbagai potret masyarakat Indonesia dari latar belakang yang beragam, sekaligus menyuarakan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur yang menjadi fondasi negara ini.

Dalam narasinya, film ini menghadirkan perjalanan Ari Sihasale bersama tim produksi ke berbagai pelosok Indonesia, dari ujung barat hingga timur, termasuk Aceh, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan beberapa daerah lain. Sepanjang perjalanan, mereka tidak hanya menyuguhkan keindahan alam Indonesia, tetapi juga menggali suara hati rakyat: petani, nelayan, guru, tokoh adat, pelajar, hingga tokoh agama. Semua mereka bicara tentang arti Pancasila dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan cara ini, film ini secara perlahan menumbuhkan kembali kesadaran bahwa Pancasila bukanlah sekadar teks atau doktrin formal, melainkan ruh dari kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

Film ini tidak menggurui. Ia menyampaikan pesan melalui suara rakyat yang jujur dan lugas. Dalam satu bagian, seorang guru di pedalaman Kalimantan menceritakan perjuangannya mengajar dengan fasilitas seadanya demi mencerdaskan anak-anak bangsa. Ia menyebut bahwa pengorbanan tersebut adalah bentuk pengamalan dari nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Di tempat lain, seorang pemuda Papua menyatakan bahwa meski dirinya sering merasa terpinggirkan, ia tetap mencintai Indonesia dan percaya bahwa persatuan adalah kunci bagi masa depan yang lebih baik.

Visual yang ditampilkan dalam film ini begitu beragam namun harmonis, memperlihatkan bagaimana Bhinneka Tunggal Ika bukanlah slogan kosong, melainkan kenyataan yang hadir dalam wajah-wajah Indonesia yang berbeda-beda. Perbedaan bahasa, adat, dan agama tidak menjadi alasan untuk saling mencurigai, melainkan peluang untuk saling melengkapi.

Salah satu momen yang menyentuh adalah ketika seorang veteran menceritakan pengalamannya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di usia senjanya, ia tak mengeluh, hanya berharap agar generasi muda tidak melupakan jati dirinya sebagai bangsa yang menjunjung tinggi persatuan dan gotong royong. Suaranya menggema sebagai pengingat bahwa Pancasila bukan warisan mati, tapi nilai hidup yang harus dijaga dari generasi ke generasi.

Film ini juga mengingatkan bahwa tantangan terhadap nilai-nilai Pancasila tidak selalu datang dari luar, tetapi bisa muncul dari ketidakpedulian, intoleransi, serta ego sektoral yang tumbuh dalam masyarakat sendiri. Dengan gaya penceritaan yang lugas namun penuh empati, film ini menjadi cermin untuk kita bertanya: sejauh mana kita telah mengamalkan Pancasila dalam hidup sehari-hari?

Dari film ini, penonton dapat memperoleh banyak pelajaran penting. Pertama, bahwa nilai-nilai Pancasila sesungguhnya hidup dan nyata di tengah masyarakat. Mereka yang berada di pelosok negeri, jauh dari pusat kekuasaan, justru sering kali menjadi teladan dalam menjalankan semangat Pancasila secara otentik. Misalnya, dalam nilai gotong royong, penonton dapat melihat bagaimana masyarakat di desa-desa saling bantu membangun rumah, memperbaiki jalan, atau mengatur irigasi secara bersama tanpa mengharapkan imbalan.

Kedua, film ini menyadarkan bahwa kemajemukan Indonesia adalah kekayaan yang harus dijaga. Dari dialog antar umat beragama hingga kerja sama lintas budaya, Pancasila Is Me menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu, melainkan fondasi bagi kebersamaan yang lebih kokoh. Ini menjadi pelajaran penting, terutama bagi generasi muda yang tumbuh dalam era digital yang sarat polarisasi.

Ketiga, penonton diajak untuk tidak hanya mengenal Pancasila sebagai hafalan teks, tetapi juga sebagai nilai yang harus dihayati. Pancasila sebagai dasar negara tidak akan berarti jika hanya dikutip dalam pidato atau ditulis di dinding sekolah, tetapi tidak diamalkan dalam tindakan. Film ini menyajikan berbagai contoh nyata pengamalan Pancasila: dari kejujuran pedagang kecil, dedikasi guru di pelosok, hingga toleransi antar komunitas yang berbeda.

Keempat, film ini mendorong kesadaran kolektif bahwa menjaga keutuhan bangsa bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia. Semangat gotong royong, rasa kemanusiaan, keadilan sosial, penghargaan terhadap keberagaman, dan persatuan adalah tugas bersama yang harus terus dijaga dan diwariskan.

Kelima, film ini memberikan harapan bahwa bangsa ini masih memiliki banyak pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan. Meski tantangan selalu ada, namun selama nilai Pancasila tetap dijaga dalam hati masyarakat, Indonesia akan terus tegak berdiri sebagai bangsa yang besar dan bermartabat.

Pancasila Is Me bukanlah tontonan hiburan semata. Ia adalah ajakan untuk merenung dan bergerak. Film ini mem berikan ruang bagi masyarakat untuk kembali mengenal dan mencintai Pancasila dalam wujud yang lebih nyata dan kontekstual. Dengan semangat itu, film ini layak untuk ditonton oleh semua kalangan, terutama generasi muda yang kelak akan menjadi penjaga nilai-nilai bangsa di masa depan.

Belum ada Komentar untuk "Diskusi FILM “ Pancasila Is Me”"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel